Posted in #SatuHariSatuTarian, Ketulusan Hati, Tentang Cinta, Untukku

Tak Semudah Bicara, tapi Aku Tak Ingin Menyerah

Pertama, gue cuma mau kasih tahu, jangan baca tulisan ini kalau kalian sensitif. Jangan baper. Sudah, gitu, saja.

Oke?

Kalau ada yang bilang, memilih buat gak pacaran lagi itu sama sekali gak gampang?

Awalnya iya. Banget, malah. Gue yang dulunya gak bisa ke mana-mana sendirian, gue yang dulunya gak percaya diri buat ada di keramaian sendirian, selalu merasa ‘butuh’ seseorang buat support gue secara nyata, secara fisik.

Dulu gak pernah kepikiran buat ambil jalan yang sekarang gue pilih, sama sekali gak kepikiran.

Bahkan, gue pernah punya keinginan buat asyik dan menikmati hidup dengan cara jalan-jalan sejauh yang gue mau, dengan baju yang super minim, berjemur di pantai, biar makin ke barat-baratan.

Syukurnya, gak tahu dengan cara apa, Allah nge-block niat hamsyong gue yang satu itu.

Mulai dari beberapa hubungan yang coba gue bangun selalu berakhir dengan jalan buntu. Belum lagi beberapa orang yang gue pilih sebagai pasangan gue, memilih buat ‘mainin’ hati gue dengan cara mereka masing-masing. Sampai akhirnya, gue sama pasangan terakhir gue menyerah buat memperjuangkan hal yang sebenarnya memang lebih baik untuk gak pernah dimulai.

Kalau ditanya, apa gue menyesal? Iya. Gue menyesal, kecuali satu hal, gue gak menyesal kenal mereka, karena sebenarnya mereka manusia baik.

Mungkin terkesan kejam, tapi sebenarnya mereka baik. Cuma, Allah memang gak menulis nama mereka buat jadi jodoh gue, jadi jalan ceritanya dibikin tragis.

Berat? Awalnya, iya. Banget, malah.

Menangis? Iya, gue mengaku, gue menangis.

Lebay? Pada masanya gue merasa itu wajar, tapi pas sudah seutuhnya bangkit, gue akui, gue lebay. Haha.

Semua berawal dari keinginan gue buat berhijab, sudah pernah gue bahas sebelumnya, kenapa akhirnya gue memutuskan buat berhijab; kewajiban muslikah yang gue jalani lumayan telaaaaat.

Namun, mendingan telat si daripada enggak sama sekali.

Terus, apa gue langsung jadi cewek sempurna setelah berhijab? Enggak dengan sekejap mata!

Bahkan, sampai sekarang dan sampai kapan pun, gue tahu, gue gak akan sempurna.

Oke, balik lagi ke topik utama. Kenapa gak mau pacaran lagi? Sederhana, sih, karena dalam Islam, memang gak ada yang namanya pacaran.

Terus, kenapa sebelumnya pacar-pacaran? Ya, karena hatinya belum terketuk secara langsung. Haha, alasan. Mencetak dosa mah mencetak dosa saja!

Iya, gue akui. Gue memang tempatnya dosa, kok, tapi gak ada salahnya ‘kan mencoba renang buat naik ke permukaan? Biar gak selamanya tenggelam dalam dosa.

*Geli sendiri gue nulisnya asli, ngebayangin seorang gue bisa ngomong kayak gini, tua!* Haha.

Gampang gak, sih, buat memilih gak pacar-pacaran lagi? Sama sekali gak gampang. Asli! Soalnya kalau lagi kumpul keluarga, selalu ditanya, “Pacarnya mana?”, dan kalau lagi kumpul sama anak-anak, mereka selalu gandeng pasangannya masing-masing.

Beberapa laki-laki juga coba buat mulai menggocek hati gue, dan jujur, gue hampir kena gocek. Syukurnya, gue bisa bertahan, dan gak jadi jatuh.

Gue sengaja makin sering berbagi tulisan kayak gini, biar makin banyak yang tahu, jadi lebih gampang buat bertahan.

Dengan gue mengumbar pilihan hidup gue, jadi gue juga merasa lebih mudah buat bertahan. Salah satu alasannya, ya, karena sudah banyak yang tahu tentang pilihan gue yang satu ini. Gitu.

Enggak gampang buat terus sendiri, sampai akhirnya nanti gue bertemu sama jodoh gue.

Banyak asumsi orang yang mulai menghakimi. Mulai dari gue yang berlagak alim, gue dituding masih terjebak nostalgia, sampai yang paling gila? Katanya gue sudah menutup pintu buat laki-laki!

Sakit hati gak? Awalnya, sih, iya. Secara gue bukan tersangka, gue gak merugikan hidup mereka, tapi gue dihakimi.

Namun, ternyata, membalas tudingan nyinyir kuadrat kayak gitu, paling ampuh memang pakai ‘senyuman’ manis.

Sama satu lagi, mesti melatih hati buat bodoh amat sama penilaian orang di luar sana.

Selama orang rumah support pilihan gue, dan gue yakin sama pilihan gue ini, gue bakal jalan terus. InsyaAllah.

Teman seumuran gue sudah pada banyak yang menikah, lo.

Ya, terus? Ya, alhamdulillah, jodoh mereka datang lebih dulu. Selalu senang kalau bisa hadir di pernikahan. Apalagi kalau bisa menyaksikan akad.

Terus? Gue jadi pengin cepat nikah? Nikah sih pengin, tapi cepat-cepat, ya, gak perlu.

Gue gak mau nikah cuma karena teman seumuran gue sudah pada nikah. Gue gak mau nikah cuma karena masalah usia. Gue gak mau nikah cuma karena alasan-alasan receh yang ada di tengah kebanyakan masyarakat Indonesia.

Gue mau nikah kalau nanti jodoh gue datang, terus langsung minta restu ke orang tua gue. Gue mau nikah sama laki-laki yang keluarganya menerima gue, karena menurut gue, nikah itu dimulai dari dua keluarga yang saling menerima, kemudian saling sayang, dan akhirnya saling peduli.

Terus, mau sampai kapan gue sendiri? Ya, sampai ada yang datang buat ‘meminta’ gue ke mama papa gue lah.

Terus, kalo gak pernah ada laki-laki yang mau kayak gitu? Ya, gak perlu takut. Kalau laki-laki itu gak mau kayak gitu, artinya dia masih butuh waktu buat main-main, dan bukan gue partner main-main dia, karena waktu main-main gue sudah abis! Haha.

Gue masih cetek ilmu. Cetek banget. Masih suka ngeles kalau diajakin menimba ilmu sama kakak perempuan gue. Masih banyak kurang. Masih sengbongsol adengsengbongdol.

Namun, kakak perempuan kayak Kak Onie, bikin gue bisa belajar banyak. InsyaAllah, dia sosok istri yang salihah. Gue bersyukur atas pilihan abang untuk yang satu ini.

Dwi Oktaviani juga. Kakak kelas yang dulunya garing abis, sering gue ledek habis-habisan, sempat menghilang beberapa tahun. Sampai akhirnya, dia muncul lagi dengan pribadi yang baru, yang jauh lebih manis. InsyaAllah, hatinya makin baik. Dia salah satu yang mengajak gue buat terus semangat istikamah. Meskipun sering gue bales dengan berbagai macam alasan, dia gak capek buat terus mengajak. Bahkan, gue juga selamat dari gocekan pria terakhir, karena sharing sama dia. Alhamdulillah.

Intinya, pertanyaan, “Mana pacar, mana calon, kapan nikah, kapan nyusul”, enggak akan bikin gue stres plus depresi, sampai akhirnya memilih buat pacaran lagi. InsyaAllah. Bantu doa, supaya gue kuat jalan di atas pilihan gue.

Gak mau menambah dosa buat papa, gak mau mama papa menanggung dosa yang gue bikin secara suka-suka dan sengaja.

Bikin mereka bangga dan bahagia tiap saat saja gue belum bisa, masa gue harus menambah dosa mereka, buat membahagiakan pria yang bukan mahram, bukan suami gue?

So, sorry, kalau banyak hati yang tersinggung. Gue gak sama sekali maksud buat menyinggung. Jujur, berdiri di atas pilihan ini sama sekali gak gampang.

Zaman sekarang, memilih buat kayak gini justru lebih sering diserang. Dibilang munafik, dan lain-lain, tapi sekali lagi, yang penting Allah rida. Itu saja.

Mengamini segala doa baik yang bisa diterbangkan, karena gue percaya, Allah selalu kasih yang terbaik di waktu yang paling tepat. Aamiin.

Sekian dan terima tatapan damai; tanpa maksud saling menjatuhkan.

#PenariJemari

Posted in #SatuHariSatuTarian, Untukku

Sedang Rindu

Hai, lama rasanya tidak menari bersama, entah karena apa, kesibukanku masih itu-itu saja, sebenarnya sempat jika aku ingin rutin menyapamu, namun entah kenapa aku enggan, bukan karena lelah atau dilanda jenuh, aku hanya tak tahu apa alasan aku berdiam. Hingga aku sampai pada malam ini, diselimuti rindu yang terlahir jelas untukmu. Aku sedang merasakan banyak hal, ada yang dengan mudah kusuarakan, tak sedikit pula yang kubiarkan melayang di dalam. Dan, beberapa ingin kuceritakan padamu malam Ini.

Apa kau tahu rasanya, saat suaramu belum berhasil menjelaskan makna yang sebenarnya ingin kau sampaikan. Saat kau berkata A namun telinga lainnya mendengar B dan menyimpulkannya menjadi C. Dan, apa kau juga tahu rasanya dipatahkan seketika waktu? Saat kau melukis mimpi yang begitu penuh warna, namun di detik berikutnya orang terdekatmu mencorengnya dengan kalimat singkat “semua kan sia-sia”. Aku tahu rasanya. Semua tergambar jelas di sini; di dalam hatiku. Dan, kuyakin kau tahu jika aku selalu enggan menjelaskan lebih jauh lagi, sebab aku tak pernah suka mengingat luka, kita sepakat jika luka tak sebaiknya diingat, kau berulang kali membuatku sembuh, dan sekian kali mengatakan jika kau tak ingin melihatku kembali jatuh. Tak berlebihan rasanya jika kusebut kau salah satu penguat bangkitku.

Kita sama-sama tahu jika fase menangisi kisah cinta yang kandas sudah lewat, pun menjadikan kesendirian sebagai penyebab mata sembab. Masalah yang kita hadapi tak lagi seringan itu, meski segala yang kita anggap ringan hari ini pernah menjadi masalah terberat beberapa waktu lalu. Aku bukan lagi menangisi kesendirian, tidak lagi mempertanyakan ketulusan, saat ini jauh lebih dalam dan tak mudah disuarakan. Namun beruntungnya aku karena adanya kamu, setidaknya kita bisa menari bersama dalam cerita, menikmati waktu dengan mengenal satu sama lain lebih jauh dan dalam lagi.

Sebenarnya langkah seorang anak sangat mudah untuk menjadi kuat. Cukup dengan penanaman nilai agama yang tak terkesan menggurui dan merasa paling benar sendiri. Cukup dengan ajak bicara dan mencari kata ternyaman untuk diterima sesama keluarga. Dan, tak pernah lelah untuk memberi rasa percaya, berupa peluk, genggaman, atau lewat doa yang kutahu tak pernah putus adanya.

Kau tahu aku pernah salah arah, patah asa, bahkan goyah dan hampir menyerah. Namun entah dari mana Tuhan kirimkan malaikat penolongku, yang jelas sejak hari itu aku selalu percaya jika niat baik tak akan pernah selamanya salah alamat, ia akan sampai di tempat yang tepat pada waktunya.

Aku ingin kau tahu satu hal di akhir malam ini, tentang aku yang merindukannya, namun tak akan kusampaikan secara terbuka, biarlah rasa itu tetap menari dalam samarnya gemuruh angin yang berputar tanpa amarah.

#PenariJemari
#Rindu
#TerusBerjalan
#TakAkanKembaliPatah
#SatuHariSatuTarian
#KembaliMenari

Posted in Untukku

29 yang ke-22

Tuhan, terima kasih untuk usiaku yang sampai di angka 22. Aku sadar, waktuku di dunia kian menipis. Hari-hari yang dapat kujadikan tabungan, semakin sedikit.

Namun, aku tak ingin bersedih untuk itu. Sebab, pada akhirnya, kepulanganku adalah kepangkuan-Mu. Terdamai dari segala tenang.

Terima kasih untuk terus menghidupkanku di tengah mereka yang begitu penuh cinta.

Mereka yang tak pernah lelah berprasangka baik terhadapku, yang selalu memelukku; tak peduli seberapa sulit aku dipandu.

Tuhan, maaf jika aku mendominasi puluhan tahun itu dengan berbagai prasangka buruk terhadap-Mu.

Terima kasih, karena Engkau masih terus memelukku; selalu.

Perlahan, tapi pasti. Berkat doa-doa mereka yang menyayangiku, aku kembali sadar, jika dekat dengan-Mu adalah kunci ketenangan, kebahagiaan, keikhlasan.

Kunci untuk senantiasa jauh dari rasa benci, iri, dan dengki.

Terima kasih, Tuhan.

Pada 29 yang ke-22 ini, doa-doa membanjiri hari saya. Berisi kebaikan yang segera ‘ku aamiini.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menemaniku merayakan hari dengan penuh doa dan syukur. Terima kasih.

Papa

SMS: Put, selamat ulang tahun, ya. Panjang umur, banyak rezekinya, enteng jodoh, dan jangan putus shalatnya. Aamiin. Hadiahnya Sabtu, ya.

Mama

Lisan: Ciye yang ulang tahun [ini aja terus diulang-ulang seharian].

Mama langsung ngucapin kalimat yang saya tulis di atas pas saya baru bangun tidur dan keluar kamar.

Sampai malam tiba, kalimat itu yang Mama ulang-ulang, dan bikin saya senyum-senyum sendiri.

Mas Ivan

Whatsapp: Selamat milad, Jelek. Love you!

Path: Pagi ini telah bertambah usiamu, tak akan mengubah arti kamu, Put. Put jelek, wish you all the best. Maaf belum bisa jadi Mas yang superior.

Semoga pasanganmu kelak sholeh, bertanggung jawab, pintar, sayang keluarga, lagi bijaksana.

Put, makasih udah jadi adik terhebat yang Kak Ivan miliki selama ini.

Sehat selalu penulis berbakat, calon istri yang baik, calon ibu yang baik, koki yang hebat, adik dan anak yang ceria selamanya.

I’ll always love you. Love you sist’.

Bang Dio

Whatsapp: Selamat ulang tahun, semoga makin taat beribadah kepada Allah, aamiin.

Isti

Line: Anyway it’s time for you to have birthday!? Happy birthday, Syanuuuuuu.

Semoga semua hal-hal baik selalu mengelilingi lo, yaaa. Pokoknya semoga bahagia selalu, dan may all your wishes come true.

Tresna

Line: Syanu, selamat ulang tahun, semoga sehat selalu, panjang umur, banyak rejekinya, sukses terus 🙂

Pak Rafiq

Facebook: Happy birthday, Nadine. Wish you all the best.

Cayiii

Facebook: Ini 29 mei ya, Mak? Ada yang ulang tahun kayaknya. Ucapin dululah. Happy birthdayyyyyyyyy :*********

Mely

BBM: Syaaaaanuuu, selamat milad. Tambah barokaaah ya umurnyaaa. Semua doa yang baik-baik. *peluk*

Tante Mia

Facebook: Burakakakakk *gak di-edit, ketawa macam apa ini* gue tau banget ini bocah kecilnya mah lucu, sekarang aja rusak.

Happy bornday, Tasya. Doa baik pasti, cukup gak usah pake lebay. Jangan lupa aamiin.

Farel

BBM: Heh Bolang, happy birthday, yooo. x)) makin sukses, makin alay, cepet ngundang-ngundang juga jangan kelamaan yooo. *party*

Pocha

Path: Happy birthday, Syanuku. Yang terutama sehat selalu, panjang umur, panjang rezekinya, panjang jodohnya.

Di tahun ini bisa terwujud yang diinginin, dan semua yang baik-baik pastinya buat kamu. Always love and miss you.

Elsa

Path: Happy birthday, Syanuuuuu, all the best for you. Miss you, ih!

Ponisah

Path: Birthday, Laica. Sehat selalu, panjang umur, dan cepat nimang-nimang anak. Hehehehe. Aamiin.

Unyu

Whatsapp: Happy birthday, Syan. Semua yang terbaik buat Syanu, terkabul. Dimudahkan segala urusannya. Aamiin.

Yasmine

Path: Selamat ulang tahun, Syanu.

Debra

Path: Selamat, ya, wanita perkasa ✌

Kak Echi

Path: Happy birthday, Syahnu Gabriella yang paling ngehits. All the best for you.

Nisatik

BBM: Happy milad, Nganuuu *kiss* barakallah ya, Lung, semua yang baik-baik doanya, aamiin. *party*

Mamah Sarap Semehe

BBM: SUT [Selamat Ulang Tahun] bontot mamah, Syanu semehe serepetmenceng eneng.

Selamat ulang tahun anak bontot sarap kesayangan mamah sarapnya, doa mama, walaupun dari planet, mama sudah bisikan ke yang Maha Kuasa.

Semua yang terbaik buat kamu, berkah sisa umurnya, jadi anak penurut buat mama Ida, yah!

Satuu lagi, jangan bandel, jaga makannya, jaga kesehatan, karena sehat itu mahal, Nak *peluk*

Semoga kita tetap komunikasi, sejauh apa pun kita, yah. Aamiin. Alafyuuu anak cantik *kiss*

Elis

Line: Happy birthday, Syan. Semoga menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya nanti.

Mamed

Facebook: Happy Birthday, Nu. Ultah kita sama, untung ini dunia nyata, bukan dunia sinetron.

Mungkin kalo dunia sinetron, kita pas bayi tertukar di rumah sakit. Hahahaha.

Sekali lagi happy birthday! Tetaplah jadi pemikir besar.

Nia

Line: Syanu, selamat tambah tua, yaaaa. x)) semoga makin yang baik-baiknya, yaaa. *kiss*

Alfi

Line: Happy birthday, Nu!

Bang Ucup

BBM: Selamat dirgahayu juga buat, Syanu, gue harap lo bisa terus bikin tulisan bagus yang bisa menginspirasi banyak orang.

Semoga sakinnah, mawaddah warohmah. Semoga apa yang lu mau, cepat terlaksana. Dan segala doa yang terbaik deh buat lu.

Unuy

BBM: Happy birthday, yaa Sanuu, Mamet. Barokallah. Semoga samawaaa =))

Sarah

BBM: Wiih, Anu juga ulang tahun. Selamat ulang tahun, yaa. Mantab yang ulang tahun dua biji *party* semoga segalanya ya. Barokallah.

Titi

BBM: Selamat milad ya, Nu.

Kanchudt

BBM: Happy bornday Rahmad & Syanu. All the best for you, Allah bless you.

Uci

Telepon: Ngobrol ngalor ngidul, 44 menit, ujungnya, “Selamat ulang tahun, Syanu, semoga sehat selalu dan semoga jodoh segera menjemputmu. Aamiin.”

Atep

Whatsapp: Selamat ulang tahun. Semoga panjang umur. Sehat terus. Banyak rezeki.

Dikabulin segala keinginan dan cita-cita. Gampang jodoh. Dan semoga sukses dunia akhirat. Aamiin.

Ayu Wandira

Facebook: Happy birthday, Syanu.

Asri

BBM: Selamat ulang tahun Anu Mamet. Pokoknya yang terberat deh buat, Anu!

Acil

BBM: Selamat ulang tahun, Sanu *party* *peluk* terus berkarya dan bahagia selalu, all the best for you!

Babank

BBM: Haiii Tasya monikaaaah. Selamat ulang tahun *party* Semoga ya semoga semoga semoga semoga semoga dah pokoknya. Aamiin. Hahahaha ✌✌

Kak Onie

Whatsapp: Syelamat menempuh umur baru adikkuh. Semoga makin berkarya, ya.

Makin unyu, makin berkah hidupnya. Diberikan jodoh yang terbaik. Semakin disayang mas dan abangnya.

Neno

BBM: Happy birthday, Syan. Be a better woman! *kiss*

Dhedhe

Whatsapp: Syannnuuuu sayang happy birthday. Wish you all the best, Nunu *kiss*

Mastua

Facebook: Selamat ulang tahun, Syanu. Hehe.

Ambar

BBM: Selamat ulang tahun yaa, Nuu. Doanya cukup gue sama Allah yang tau *peluk*

Devi

“Happy birthday wanita darah India, sukses selalu ya, Syanu!”

Kak Aji

Line: Happy birthday, Syanuuuuu. Semoga panjang umur dan selalu sukses, yaaa.

Galih

Facebook [Message]: Selamat merayakan usia yoo, Syanu Gabrilla! Semoga niat-niat baik selalu diberkahi serta selalu diberikan kemudahan tanpa adanya kesulitan yang ingin mencampuri.

Tak pun lupa bisa selalu terus-menerus diberikan kelancaran bernapas. Panjang umur untuk usia dan kebahagianmu. Sukses selalu, yak! Aamiin.

Facebook [Timeline]: Kotak-kotak yang penuh kejutan, bunga-bunga dengan warna-warninya, juga kebahagiaan yang dibahasakan dengan basah air mata orang-orang.

Hari itu, detak jantung dan suara tangis pertamamu, melahirkan harapan mereka yang mengecup pipi mungilmu.

Hari ini, burung-burung terbang. Bukan untuk lari dari buruknya cuaca; mereka mengantar ribuan doa yang akan ditujukan untukmu kepada, Tuhan.

Seperti ada yang berisik di kepalaku. Bukan masa lalu, bukan juga tentang hal-hal yang menyakitkan.

Mungkin; huruf-huruf ini ke luar dan pergi ke matamu.

“Tiuplah lilinnya, Syanu. Potong kuenya dan habiskan kesedihanmu. Bila tidak bisa, letakkan di atas piring kosong milikku. Biar aku dan waktu yang menghabiskannya.”

Hari telah berganti, 29 telah menjadi 30, doa-doa masih saja berdatangan. Pagi ini ‘ku cukupkan.

Aku berterima kasih, pada kalian yang begitu luar biasa mendoakan dengan tulus dan tanpa pamrih. Insya Allah.

Aku bersyukur, karena apa yang kujabarkan di atas adalah nikmat Tuhan yang tak mungkin kuabaikan begitu saja.

Aku siap memulai langkahku (lagi), melanjutkan perjalanan yang tak jarang terhenti.

Iya, perjalanan yang terhenti, bukan sengaja kuhentikan. Sebab, aku tak pernah ingin menyudahi yang satu ini.

Terima kasih. Alhamdulillah. Bismillah.

Pelukku dengan segala kasih, teruntuk kalian!