Posted in #PenariJemari, Puisi

Patah dan Tanpa Suara

Aku pergi
Pamit dari segala kamu; terutama hati putih itu
Langkah yang menjauh
Entah meninggalkan atau menjemput lukaku
Jelas kutahu ini sendu yang tak kita mau

Aku pergi
Undur diri sebagai teman hidupmu
Bukan karena tak lagi mampu
Bukan karena kau tak pantas diperjuangkan
Tapi restu Tuhan yang semakin lama semakin melayang
Tak bisa kita gapai, sayang

Aku berlari
Tanpa sadar lututku tak lagi berfungsi
Tangisanku terpenjara sepi
Berdusta sepanjang waktu agar kau benci
Terlihat baik-baik saja kala diri patah hati

Aku tak bisa berisak tangis bebas dengan udara
Tenggelamku dalam dada di balik bahagia yang pura-pura

Aku tak mengucap kata-kata patah
Cukup kurasa dalam hati saja
…dan
Seolah-olah bahagia; aku telah melepasmu
Melepas segala kamu
Termasuk penilaian-penilaian tentang kepergianku

Apa ini tiba-tiba?
Jelas saja
Tak ada perpisahan yang dirancang sedemikian rupa
Sebab…
Tak mungkin kusengaja menukar bahagia dengan duka

Kau bahagiaku
Tuhan berbisik pada malam itu
Kita ‘kan bahagia dalam lembar yang berbeda
Aku entah dengan siapa
Pun kau nanti dengan siapa

Untuk kamuku yang berakhir sudah
Maafkan aku menoreh luka
Biarkan kenangan yang membahagiakan; kita