Posted in #PenariJemari

Derana

“Diam. Jangan bersuara jika kau ada di seberang,” begitu kata mereka. Meski sekadar A, B, C, pun Z, akan tetap salah, serta tak masuk akal. Duduk dan menurut, atau segalamu akan penerkam simpan di dalam perut.

Epilog kejam seketika terbayang. Sangat jelas. Difitnah, ditangkap, ditembak. Bukan tidak mungkin diculik. Selamanya hilang kabar. Tak pernah kembali. Tidak tahu-menahu. “Kami bukan pelaku.”

Raba-rubu merapikan segala. Menyimpan bukti-bukti yang sekiranya dapat menyiksa mereka di dunia, sampai lupa jika Tuhan Maha Melihat. Membodohi diri dengan merasa berhasil sembunyi.

Ada satu, dua, enam, puluhan, atau bahkan ratusan–dan seterusnya–korban berjatuhan. “Kami melakukan apa yang seharusnya dilakukan,” kalimat pembelaan sejak puluhan tahun silam.

Ningnong. Meski akhir cerita hampir terbaca, dunia telanjur percaya kalian tahan dan tabah. Kuat walau tak mudah. Berjuang bersama sekalipun mafia mencoba memecah.

‘Amang’ tak akan menang. Kalaupun lolos di dunia, banyak kepala ‘kan siap sedia menjadi saksi di fase hidup berikutnya. Silakan menikmati cara kotor yang dianggap bersih. Semoga ingat sebelum mati, jika jarum jam tak akan pernah bisa berputar ke arah kiri.