Berhenti berpura-pura, jangan tutupi lukamu yang jelas-jelas masih basah. Sebab, itu hanya akan membuatnya sembuh lebih lama.
Ingat bagaimana pertama kalinya dirimu menyapa semesta? Mungkin kau melupa, tapi ibumu? Tidak. Ia pasti mengingat segala dengan jelas; lahir sudah harapan barunya.
Bisa kau bayangkan berapa bulir keringat yang jatuh untukmu? Mungkin kau tak tahu, tapi ayahmu? Ia tahu benar untuk siapa ia bertahan; kamu, salah satu alasannya.
Entah sudah berapa langkah yang kau pijak. Ketahuilah, ada begitu banyak rindu yang tak bisa mereka suarakan dengan leluasa.
Bukan. Bukan karena mereka tak acuh pun tinggi hati. Namun, karena mereka ingin kau terus melaju dan tak menjadikan mereka sebagai penyebab hentinya langkahmu.
Nantinya, bagaimanapun kau tumbuh, menjadi seperti apa pun pribadimu, mereka akan selalu punya dekap untuk kepulanganmu.
Kau pun tak pernah lupa, bukan? Jika makin hari, usiamu semakin bertambah. Artinya? Semakin tua pula mereka.
Kulit yang mulai keriput. Rambut yang mulai memutih. Ingatan yang mulai melemah. Menjadi deretan bukti, jika mereka benar-benar sudah tak lagi muda.
Waktu semakin sedikit. Perpisahan kalian pun terasa kian dekat. Masihkah ingin membuat mereka bersedih?
Kalian bisa senantiasa memeluk semesta. Sebebas-bebasnya. Namun, jangan pernah lupa, jika tubuh-tubuh penuh cinta, selalu merindukan kepulanganmu.
Jangan pernah biarkan penyesalan hadir, saat kau mengabaikan jarum jam yang tak pernah berdiam. Ingat. Ia akan selalu bergerak ke arah kanan.
Sabtu, 23 September 2017 — 💚MP