Posted in #PenariJemari, A-Z

Pa…

Terima kasih, karena telah bersedia menjadi teman debat yang super sabar; walau kadang mengeras.

Terima kasih, karena membebaskan aku untuk bersikap sesuai prinsip. Tak memaksa, meski aku tahu, harapmu, kita sepaham.

Terima kasih, karena sudah begitu percaya kepada putri bungsumu; saat sekitar menghakimi dengan begitu kejamnya.

Terima kasih, karena tak pernah kehabisan maaf untukku yang–kata mereka–luar biasa tiada guna.

Kau menua, aku pun tak lagi belia. Alhamdulillah, kita masih berjalan bersama.

Maaf untuk segala luka, sengaja ataupun tidak. Tiap tangis yang kau cipta, telah kumaafkan; sebelum kau pinta.

Mungkin sulit. Tak tahu juga sampai kapan ‘kan begini. Namun, aku masih tak berkenan membuka diri untuk mereka yang gemar menyakiti.

Maka terima kasih, karena tak memaksaku untuk melakukan segala yang tak aku mau.

Meski tak sempurna, dalam hidupku, Papa adalah pria yang paling layak dicinta.

Meski kadang kalah dengan emosi, tatap penuh cinta Papa untuk Mama, tak pernah berubah.

Sehat lagi, yuk, Pa?

Banyak hal yang masih coba Put, raih. Banyak juga yang masih mau Put, beri.

Walaupun Mama, melanjutkan jalan dengan demensianya, meskipun Papa, tak lagi dapat melihat sempurna, Put mau kalian ada saat Put sampai di titik terbaik.

Maka akarku, kumohon kuat selalu.

Author:

Wanita pemilik mata, hati, dan jemari yang saling mengisi. #PenariJemari #Samarasa

Leave a comment