Posted in A-Z

Ma…

Sepasang yang dulu begitu erat, tiba-tiba sekarat. Tenyata, yang satu tak lagi sehat.

Butuh waktu cukup lama untuk sadar dan menerima. Jujur, ini alur cerita yang luar biasa.

Namun, aku bisa apa, selain terus belajar tabah?

Kita tahu, mengeluh pun tak ‘kan mengubah apa-apa. Semua tetap sama; hanya memperparah luka.

Berusaha menyimpan rapat dan cuma mengadu kepada sang Maha.

Paham jika bercerita ke sesama telinga hanya meringankan sementara.

Tuhan; satu-satunya yang mampu mengubah, satu-satunya yang mampu menguatkan.

Kini, selalu kucoba tanam dalam-dalam, Ma. Agar senantiasa dapat kembali menahan, tiap kali hendak bersuara.

Sebab, kalaupun ada telinga yang setia mendengar, itu hanya telingamu, Ma.

Telinga yang sekarang tak lagi dapat mengerti apa-apa yang kuceritakan.

Mengatur napas, menikmati sesak, hingga tak jarang akhirnya ‘ku terpaksa berdansa dengan air mata; sembari terus berupaya untuk tak merasa paling di bawah.

Lalu, ‘ku memainkan pandang. Mencari sudut mana pun yang dapat menenangkan.

Syukurnya, Tuhan selalu beri, dan perlahan aku bangkit lagi.

Senyum pun tawamu adalah salah satu obat, Ma.

Semoga, aku tak menyerah di tengah cerita. Semoga, aku kuat sampai akhir masa.

Satu hal yang pasti, Ma…

Sampai kapan pun, kau ‘kan tetap menjadi wanita tercintaku.

Author:

Wanita pemilik mata, hati, dan jemari yang saling mengisi. #PenariJemari #Samarasa

Leave a comment