Untuk Kak Liony,
Perempuan yang belum pernah kutatap, belum pernah kujabat tangannya untuk berkenalan, belum pernah kupilih secara sengaja untuk follow akun twittermu, sebab mengenalmu memang berawal dari dijodohkannya penulis surat yang akunnya berawalan dari huruf P hingga S denganmu sebagai kangposnya. Maka sejak hari itu aku mengikuti linimasamu. Dan, dengan ramah hati kau bersedia mengantarkan surat-surat kami.
Tahun lalu aku menulis surat cinta tiga puluh hari penuh, tahun ini tidak. Entah kenapa ada hari-hari yang terasa kosong hingga membuatku bingung mau menulis apa dan untuk siapa, dan menyayangkan keinginan jemari yang ingin menari setelah hari sudah lewat dari pukul delapan belas. Ah, telat; kataku.
Kak, terima kasih karena senantiasa mengantarkan surat yang kami tulis, surat yang mungkin membuatmu ikut merasakan apa yang dirasakan sang penulis, atau sekadar kau baca kemudian tertawakan. Terima kasih karena kau sudah meluangkan begitu banyak waktu untuk kami yang sebagian besar belum pernah kau temui, tapi kau mengizinkan matamu membaca tiap kata yang kami tulis, mengizinkan jemarimu mengantarkan rangkaian surat yang mungkin sebelumnya tidak berani untuk disampaikan pada mereka yang dituju.
Sebagian besar apa yang kami tulis lahir dari hati, meski terkadang ia lahir dari perasaan yang kacau, sakit, sedih, pun rasa yang mekar dalam cinta. Ada rasa yang hilang, sebab ada beberapa surat yang belum sempat saya sampaikan, ada juga beberapa surat yang jangankan tersampaikan, sempat saya tulis pun belum, karena ia masih sibuk menari di udara, dan entah akan mendarat atau selamanya melayang.
Terima kasih karena sudah berbaik hati, beramah-tamah, semoga ikatan yang berawal dari kata antara penulis dan pengantar, suatu saat dapat mempertemukan kita, untuk berjabat tangan dan memulai pertemanan yang lebih nyata, sekadar berbagi cerita, atau menertawakan dunia bersama.
Salam untuk bosse yang masih saja berbaik hati, mengadakan tiga puluh hari menulis surat cinta di tiap tahunnya, membuat kita punya agenda, punya satu amunisi tambahan untuk terus semangat menulis. Jangan lupa berbahagia, ya, kak. Jangan lupa menikmati hidup. Semoga kebaikan semesta selalu memelukmu, seperti kau memeluk surat-surat kita, yang mungkin akan berserakan begitu saja tanpa adanya tiga puluh hari menulis surat cinta dan kalian sebagai kangposnya.
#30HariMenulisSuratCinta
#HariKeduapuluhsembilan